Pada tanggal 01 oktober 1953 KRI Dewaruci dibawah pimpinan Kapten A.F. Hottendorf Roosenow memasuki Pangkalan TNI AL di Surabaya dan selanjutya oleh Menteri / Panglima Angkatan Laut Laksamana Madya RE. Martadinata ditetapkan masuk jajaran Armada TNI AL dan dijadikan kapal latih Taruna Akabri Laut dengan nama KRI DEWARUCI.
Kapal ini merupakan salah satu kapal latih TNI AL yang penggerak utamanya adalah layar, sedang penggerak lainya mesin berbaling-baling satu berdaun empat.
KRI Dewaruci, Kapal Indonesia Dengan Sejarah Penting Bagi Nusantara - KRI Dewaruci,
namanya melegenda dan mendunia. Namanya begitu terkenal dan telah
mengharumkan nama bangsa. Salah satu yang kita kenang dan membanggakan
sebagai bangsa Indonesia, adalah ketika KRI Dewaruci yang merupakan
kapal latih taruna dan kadet Angkatan laut ini melakukan perjalanan
muhibah ke Vancouver Canada. Awal September 2009 yang lalu, KRI
Dewaruci sandar di Benoa-Bali, dalam perjalanan pulang setelah
mengikuti international fleet parade Sail Bunaken di Manado.
Malam itu kami
diundang oleh Dan Lanal Benoa Kolonel Laut I Ketut Arya untunk
menghadiri cocktail party, diatas kapal Dewaruci. Kesempatan yang
langka. Brigadir Jenderal Burhanuddin Wakil Gubernur Pendidikan TNI-AL
memberikan sambutan. Beliau mengatakan ini adalah perjalanan kembali
pulang ke pangkalan di Surabaya dari Sail Bunaken setelah
berpartisipasi dalam international fleet parade di Manado. Setelah ini,
KRI Dewaruci akan terus berlayar ke Dabo-Singkep, Batam sebelum kembali
ke Surabaya. Diperkirakan tanggal 9 Oktiber 2009 akan sampai di
pangkalannya di Surabaya. Perjalanan yang cukup panjang.
Dan kami duduk
diatas kapal latih kebanggaan bangsa ini. Bersama Komandan Lapangan
Udara Umar Faturachman, kami diajak untuk melihat-lihat semua pojok
kapal latih yang legendaris ini. Pertama
Dewaruci, kapal
latih kadet Angkatan Laut sudah berusia 54 tahun. Masih gagah dan
perkasa … menjadi duta bangsa dan kebanggaan bangsa … sesuatu yang
sudah sangat jarang kita miliki lagi dalam pergaulan internasional.
Seperti namanya …
Dewaruci “dewa” yang hanya mampu ditemui oleh Bima. Alkisah, setelah
menaklukkan semua rintangan dan tantangan. Menjalankan tugas dari Sang
Guru Drona, untuk mencari Air Kehidupan “Tirta Amerta” … barulah Bima
akhirnya bertemu Dewaruci! Sejatinya Bima tidak bertemu Dewaruci, Bima
menemukan jati dirinya sendiri yang sejati! Hanya Bima yang mampu
melakukan itu, bukan yang lain ….
KRI Dewaruci
berukuran panjang 58,5 meter, lebar 9,5 meter, draft 4,50m . Bobot mati
847 ton, dari kelas Barquentine. Dibangun di H.C. Stulchen & Sohn
Hamburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi
yang dibuat galangan kapal itu pada 1952 yang masih laik layar, dari
tiga buah yang pernah diproduksi. Diluncurkan tanggal 24 Januari 1953,
dan pada bulan Juli dilayarkan ke Indonesia oleh taruna AL dan kadet
ALRI. Setelah itu KRI Dewaruci yang berpangkalan di Surabaya,
ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan
juga ke luar negeri. Kapal ini memiliki 3 tiang utama yaitu tiang Bima,
Yudhistira dan Arjuna serta memiliki 16 layar, dengan luas total 1091
m2,
Kolonel Laut I
Ketut Arya mengatakan bahwa beliau menjadi periwra kapal ini pada tahun
1987, dan waktu itu kondisinya lebih parah karena tidak ada tempat
tidur khusus. Jadi kalau mau tidur ada dimana saja. Malah tidur didalam
sekoci adalah hal yg biasa. Sekarang ada tempat tidur bersusun tiga,
yang cukup lumayan. Hanya saja penulis tyidak membayangkan alangkah
kroditnya ruang istirahat ini. Dalam ruangan sekecil itu berjubel para
taruna sejulmlah 100 orang. Ada sedikit ruang kosong ditengah dipakai
untuk menyimpan peralatan drumb band, dan juga koper-koper para taruna.
Sempit banget.
Ruang tamu KRI
Dewaruci kecil, rapid an tampak dipenuhi barang2 kecil2 dari beberapa
daerah di Indonesia. Di dindingnya terpampang foto KSAL dan Panglima
TNI. Ruangan perwira kapal berdampingan sebuah bar yg kecil. Di ruangan
Komandan kapal, ada sebuah meja kerja di depannya sebuah tempat tidur
dengan pintu berupa korden. Penulis mencoba duduk di kursi di depan
meja, dan merasakan sebagai Komandan KRI Dewaruci. Wah, gagah juga dah.
Penulis juga sempat
melihat di kamar mesin. Inilah jantung penggerak Dewaruci. 2 buah mesin
tampak terawat dengan baik. Di pojok ada sehelai tikar untuk petugas
kamar mesin. Di ruang yang sempit dan suara mesin yang bising tentu
tidak mudah tidur dan istirahat. Deru mesin yang monoton dan
berlangsung terus-menerus, membuat bosan. Dapurnya kecil tetapi efektif.
Pada akhir acara
para kadet dan taruna Angkatan laut menyajikan. Mereka piawai memainkan
peralatan band, fashion show, menyanyi, dan menari. Pertunjukkan yang
disajikan oleh para taruna dan kadet Angkatan laut sungguh mempesona.
Mereka memang pantas menjadi duta bangsa ketika melakukan pelayaran
antar benua. Mereka piawai bermain band dan bahkan menarikan tari
Shaman dari Aceh dengan koreografi dan diiringi lagu Minang. Puluhan
taruna menarikan tarian khas dari daerah2 di Indonesia dengan rapi,
ritmis dan teratur. Ciri khas tentara! Pada akhir penutupan mereka
menyanyikan lagunya Gombloh : Indonesia tanah airku, putih tulangku …
benar-benar membangkitkan dan menggelorakan rasa nasionalisme!
Memperhatikan KRI
Dewaruci dari dekat, memberikan pemahaman tersendiri. Kapal ini telah
mendidik dan membentuk taruna-taruna Angkatan Laut yang handal dan
tangguh. Menghasilkan beberapa Panglima dan Komandan dalam 56 tahun
kariernya. Kapal ini juga memberikan kebanggaan bagi bangsa dan Negara
Indonesia. Taruna dan kadet yang mengawakinya memperoleh kebanggaan
sebagai prajurit yang tangguh, mengunjungi hampir setiap sudut
Indonesia dan berkeliling ke seantero dunia dan. Pengalaman yang
lengkap, yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata.
Mendapat kesempatan
melihat Dewaruci sungguh suatu hal yang langka. Paling tidak sekarang
bisa lebih mengerti tentang Dewaruci lebih dalam lagi. Mudah-mudahan
seperti namanya Dewaruci memberi pemahaman yang lebih dalam lagi
tentang hidup.
Mendekati akhir perjalanan keliling dunia KRI Dewaruci saat ini, Rabu (5/9) berada di perairan Teluk Aden Somalia yang sangat sarat dengan perompakan di laut. Untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak di inginkan Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto memerintahkan kepada seluruh prajuritnya agar meningkatkan kewaspadaan selama kapal melewati daerah rawan perompakan tersebut.
Dari pelabuhan Jeddah berbagai persiapan telah dilakukan, antara lain: penambahan sarana stelling/perlindungan
berupa 200 sak pasir yang dibeli dari Jeddah, kemudian disusun berlapis
di beberapa tempat yang dianggap rawan (haluan, lambung kiri/kanan,
buritan, dan geladak isyarat). Pembekalan pengetahuan
persenjataan/penyegaran penguasaan berbagai tipe senjata yang akan
digunakan saat Peran Jaga Perang kepada seluruh prajurit oleh Lettu Laut
(P) Hairul Aziz, Perwira dari Satuan Pasukan Katak Koarmatim dibantu
oleh 2 (dua) anggotanya yang kebetulan mengikuti pelayaran kali ini.
Pembekalan
pengenalan berbagai macam senjata yang akan dipergunakan meliputi
senjata GPMG kaliber 7,62 mm, Minimi kaliber 5,56 mm, SSI-SPG kaliber
5,56, STAYER kaliber 5,56, dan AK-47 kaliber 7,62 kesemuanya disampaikan
secara singkat dan jelas.
Peran
Jaga perang berlangsung selama 2 (dua) hari sangat menguras tenaga para
prajurit di kapal, karena saat itu suhu udara sangat panas melebihi
Kota-Kota sebelumnya yang pernah disinggahi selama pelayaran keliling
dunia 2012.
Perjalanan
KRI Dewaruci dari Jeddah menuju Oman dengan kecepatan kapal 7 Knots
akan memakan waktu selama 8 (delapan) hari, 2 (dua) hari menelusuri
Teluk Aden yang diapit oleh negara Yaman di lambung kiri kapal dan negara Somalia di lambung kanan kapal.
sumer: http://silumanpisces.blogspot.com/ dan http://www.tni.mil.id/ + Tambahan Sendiri
0 komentar:
Posting Komentar